Senin, 29 September 2014
A LETTER FROM ALLAH
Saat kau bagun di pagi hari, Aku memandangmu dan berharap engkau akan “berbicara” kepada –Ku walaupun hanya sepatah kata, meminta pendapat-Ku ataupun bersyukur kepada-Ku atas sesuatu hal yang indah yang terjadi dalam kehidupanmu hari ini atau kemarin. Tetapi aku melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk bekerja. Aku kembali menanti saat kau bersiap. Aku tahu, akan ada sedikit waktu bagimu untuk “menyapa”-Ku. Tetapi juga engkau masih terlalu sibuk.
Disuatu tempat, engkau duduk di sebuah kursi selama limabelas menit tanpa melakukan apapun. Kemudian, Aku melihat engkau menggerakkan kakimu. Aku berpikir, mungkin engkau akan “berbicara” kepada-Ku, tetapi engkau malah berlari ke telepon dan berbicara dengan seorang teman tenteng gosip-gosip terbaru.
Aku melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan Aku menanti sepanjang hari. Dengan semua kegiatanmu, aku berpikir, engkau terlalu sibuk untuk “mengucapkan” sesuatu kepada-Ku.
Sebelum makan siang, aku melihatmu memandang sekeliling. Mungkin engkau merasa malu untuk “berbicara” kepada-Ku, itulah mengapa engkau tidak menunudukkan kepalamu. Engkau memandang tiga atau empat meja di sekitarmu dan melihat beberapa temanmu berbicara dan menyebut nama-Ku dengan lembut sebelum menyantap rizki yang Aku berikan. Tapi engkau tidak melakukannya.
Yah, tak apa. Masih ada waktu yang tersisa dan aku berharap ada waktu “berbicara” kepada-Ku, meskipun saat engkau pulang kerumah, kelihatannya seakan-akan banyak hal yang harus kau kerjakan.
Setelah tugasmu selesai, engkau malah menyalakan tv, entah apa yang kau suka nemonton atau tidak. Hanya saja engkau selalu kesana dan menghabiskan banyak waktu setiap hari didepannya tanpa memikirkan apapun. Hanya menikamti acara yang ditampilakan. Kembali Aku menanti saat engkau menonton tv dan menikmati makananmu. Tetapi kembali engkau tidak “berbicara” kepada-Ku
Saat tidur, Aku berpikir kau terlalu lelah. Setelah mengucapkan selamat malam kepada keluargamu.engkau melompat ke tempat tidur dan terlelap tanpa sepatah katapun menyebut nama-Ku. Tidak apa-apa, mungkin engkau tidak menyadari bahwa aku selalu hadir untukmu.
Aku bersabar terlalu lama dari yang engkau sadari. Aku bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar kepada orang lain. Aku sangat menyayangimu. Setiap hari Aku menanti sepatah kata, do’a, pikiran, atau syukur dari hatimu.
Baiklah engkau bangun kembali dan kembali Aku menanti dengan penuh kasih bahwa hari ini kau akan mempunyai sedikit waktu untuk “menyapa”-Ku. Tapi, yang Kutunggu-tunggu tak jua datang. Kau tak pernah menyapa-Ku … Shubuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya’, dan shubuh lagi. Kau jua masih mengacuhkan Aku.
Tak ada sepatah kata. Tak ada seucap do’a. Dan tak ada rasa, tak ada harapan dan keinginan untuk bersujud kepada-Ku.
Apa salah-Ku kepadamu?
Rizki yang Kulimpahkan, kesehatan yang Kuberikan, harta yang Kuamanatkan, makanan yang Kuhidangkan, apakah itu tidak membuatmu ingat kepada-Ku?
Percayalah, Aku selalu mengasihimu dan akuberharap suatu saat kau akan “menyapa”-Ku, memohon perlindungan-Ku, bersujud menghadap-Ku yang selalu menyertaimu setiap saat … Allah Swt.
Happy birthday my everything♥
HappyBirthday to you ♪♫•*¨*•
.¸¸♥ ♪HappyBirthdaytoyou .¸¸♥¸¸.•*¨*•♫♪ ♥ ♥ ♥Happy
Birthday to you.. ibu [ş̲̅α̲̅y̅α̲̅ng̅] ♥ wish you all the best, long life , healty, more beautifull :* loveyou ♥
allah bless you bu :*
Habede My everything ({})
#Suratelektronikbuatpapa
Ku
pastikan aku memang jarang bertemu ayah di banding ibu lantaran ayah bekerja di
luar rumah, dan pulang ketika kami sama-sama letih untuk berbicara satu sama
lainya.
Tapi
aku percaya mungkin ibu yg kerap menelvon dan menanyakan keadaan ku setiap hari
tapi aku tau sebenarnya ayahlah yg menyuruh ibu untuk menelvon ku.
Semasa
kecil ibukulah yang sering mengdendongku tapi aku tau ketika ayah pulang
bekerja dengan wajah yang letih.
Ayah
selalau menanyakan apa yang aku lakukan seharian.
Walau
beliau tak bertanya kepada ku secara langsung karena sangking letihnya mencari
nafkah dan melihatku terlelap dalam tidur nyenyakku. Ku tau ia kecup keningku
dalam tidurku.
Saat
aku demam ayah membentak sudah di beri tahu jangan minum es. Lantas aku
merengut menjauhi ayah ku dan dan menangis didepan ibu, tapi aku tau ayah lah
yang risau dengan keadaan ku tapi beliau hanya bisa menggigit bibir menahan
kesakitan ku. Ketika malam aku meminta untk keluar malam dengan tegas ayah
berkata tidak boleh. sadar ayahku hanya ingin menjaga ku, dan beliau yang lebih
tau apa yang ada di luar karena bagi ayah aku adalah sesuatu yang berharga.
Saat aku sudah di percaya olehnya ayah pun melongarkan peraturann nya maka aku
kadang melonggar kan kepercayaannya. Hanya ayah lah yang setia menunggu diruang
tamu dengan rasa sangat risau bahkan samapai menyuruh ibu mengontak teman teman
ku untuk menanyakan ke adaan ku diamana dan sedang apa di luar. Setelah dewasa
walaupun hanya ibu yang mengantarkan ku kesekolah untuk belejar tapi aku tau ayahku yang
berkata “bu temani anak mu, aku akan mencari nafkah untuk kita bersama” disaat
aku merengek meminta ini itu untuk keperluan sekolahku ayah hanya mengerutkan
dahi tanpa menolak beliau memenuhinya dan Cuma berfikir kemana aku harus
mencari uang tambahan padahal gajih ku paspasan.
Dan
tak ada tempat lagi untuk meminjam. Saat aku percaya ayah adalah orang pertama
yang berdiri dan bertepuk tangan untuk ku. Ayahlah yang mengabarai saudara” ku
anak ku sekarang sudah sukses. Dalam sujudnya ayah juga tidak kalah dengan doa
ibu. Cuman beda nya ayah simpan doa itu didalam hati nya. Saat aku lulus ayah
sempat tersenyum manis aku sempat menengok. Ayah sempat berlari ke belakang dan
menangis.ayah menangis karena ia sangat bahagia dan berdoa ya tuhan sekarang
tugas ku sudah selesai dengan baik bahagiakan putra putri kecilku yang manis.
Ku akhiri tulisan ku ini dengan bait lagu Untuk ayah tercinta aku ingin
bernyanyi dengan air mata di pipiku ayah dengarkan lah aku ingin berjumpa walau
hanya dalam mimpi .
Langganan:
Postingan (Atom)